Menguasai penuh jalannya laga, Timnas
U-23 Thailand tidak memberikan sedikit pun kesempatan permainan anak asuh Aji
Santoso ini berkembang. Dari segi ball
possesion pun Timnas U-23 Indonesia kalah telak dari Adisak Kraisorn dkk. Kiatisuk
Senamuang, sang arsitek cukup jeli dalam melihat lubang di sisi kiri pertahanan
Indonesia. Sejak awal pertandingan, pos yang dikawal Dany Saputra ini terus
dibombardir oleh barisan penyerangan Thailand. Chappuis terlihat menonjol dalam
memimpin serangan Thailand di babak pertama. Pemain yang pernah memperkuat
Timnas U-17 Swiss ini pun tak jarang membuat keypass manis, yang salah satunya berujung pada bergetarnya jala
gawang Garuda di babak pertama.
Pada laga yang sudah tidak lagi menentukan
ini, pasukan Garuda Muda benar-benar bermain buruk. Itu pun jika tidak ingin
dikatakan tidak bisa bermain bola! Pertahanan yang carut-marut, barisan gelandang
yang nyaris tanpa kontribusi dan lini serang yang hmm...
Turun dengan skema 4-2-3-1 yang
merupakan format pakem dari Aji Santoso, skuat yang didominasi oleh pemain
cadangan tersebut seakan tidak bisa menerapkan apa yang diinginkan oleh sang
pelatih. Dari pinggir lapangan saat tersorot kamera, coach Aji seakan menyiratkan rasa frustasi. Mati kutu oleh skema
yang disiapkan oleh Kiatisuk Senamuang. Semasa menjadi pemain pun Senamuang
sudah menjadi ganjalan tersendiri untuk pelatih kelahiran Kepanjen, Malang itu.
Saiful Indra Cahya, Zaenuri, Viktor
Igbonefo dan Dany Saputra diturunkan sebagai kuartet di barisan pertahanan
Indonesia. Kehadiran Zaenuri, pemain bernomor punggung 2 yang menggantikan pos yang
biasa diisi Achmad Jufrianto memberikan kepanikan tersendiri di lini belakang
Indonesia. Dengan positioning, penjagaan
dan kontrol bola yang terkesan sembrono Zaenuri ini pula yang membuat Igbonefo
seperti pemain amatir. Pemain naturalisasi asal Nigeria ini yang biasanya
bermain tenang dan lugas, nampak seperti seorang anak SD yang harus berhadapan
dengan anak SMA di saat tawuran. Gugup, tidak tenang dan sering kali berada di
posisi yang tanggung dalam menghalau brigade penyerangan Thailand. Akhirnya, Zaenuri
pun digantikan kembali oleh Jufriyanto di
awal babak kedua.
Tapi tenang, bukan Zaenuri satu-satunya
pemain yang tampil buruk pada laga di Stadion Incheon Football itu. Jika ada
pemain yang layak diberi gelar worst of
the match, tentu pilihan akan disematkan kepada Rizky Ahmad Sanjaya Pellu! Diturunkan
di posisi double pivot bersama Rasyid
Bakrie, Pellu seharusnya menjadi penjaga kedalaman dan penghalau pertama
serangan lawan. Tapi apa yang dikerjakan oleh Pellu? Dengan rambut kribo dan
badan besarnya, dia lebih terlihat seperti seorang badut yang disewa coach Aji untuk berlari kecil di
sepertiga area pertahanan Indonesia. Hanya bergerak mondar-mandir, dari area
kotak penalti hingga tengah lapangan tanpa melakukan pressing berarti terhadap barisan gelandang Thailand. Gelandang
asal klub Pelita Bandung Raya (PBR) itu pun gagal menutup pos kiri pertahanan yang
ditinggalkan Dany overlap membantu
Bayu Gatra. Sehingga, banyak sekali serangan kombinasi yang dibangun oleh sayap
kanan Thailand.
Masalah berlanjut di trio gelandang
serang Garuda pun seakan tumpul. Hanya Bayu Gatra saja yang sesekali melakukan serangan
di sisi sayap Thailand. Namun, tentu saja sebagus apapun dribble sayap Putra Samarinda itu tidak bisa menembus pertahanan Thailand,
jika dia bekerja sendirian. Syakir Sulaiman yang seharusnya menjadi pusat
serangan pun gagal total menjalankan perannya. Dia lebih disibukkan untuk turun
membantu pertahanan. Cerita tak berbeda juga dialami Novri Setiawan. Penyerang
sayap Persebaya ini bahkan harus ditarik keluar digantikan Ferdinand Sinaga di
akhir babak kedua setelah mengalami benturan dengan gelandang Thailand.
Jangan tanya soal posisi striker. Yandi
Sofyan Munawar? Bahkan, mungkin Ruben Onsu akan bisa bermain lebih baik di
posisinya.
Keputusan Aji Santoso tidak menurunkan the winning team-nya berujung pahit. Memang,
laga ini tidak berpengaruh terhadap langkah skuad Merah-Putih ke enam belas besar Asian Games. Namun, semua pecinta
Timnas Indonesia dari Sabang sampai Merauke tentu tidak ingin menyaksikan
(lagi) kekalahan. Apalagi dibantai.. Oleh Thailand..
Ditulis oleh @oongwie.
Diambil dari berbagai sumber.