Review Indonesia U-23 vs Thailand U-23

 Timnas U-23 Indonesia bermain buruk kala bertemu dengan Thailand di lanjutan babak penyisihan grup E Asian Games 2014 Incheon, Korea. Dengan menurunkan sebagian besar pemain lapis keduanya, Indonesia diberondong 6 gol oleh pasukan Gajah Putih muda. 2 gol diciptakan oleh Phombuppha (6’) dan Kraisorn (17’) pada babak pertama. Sedangkan 4 gol sisanya dilesakkan ke gawang Teguh Amiruddin masing-masing oleh Songkrasin, Tawikan dan Kraisorn di babak kedua.


Menguasai penuh jalannya laga, Timnas U-23 Thailand tidak memberikan sedikit pun kesempatan permainan anak asuh Aji Santoso ini berkembang. Dari segi ball possesion pun Timnas U-23 Indonesia kalah telak dari Adisak Kraisorn dkk. Kiatisuk Senamuang, sang arsitek cukup jeli dalam melihat lubang di sisi kiri pertahanan Indonesia. Sejak awal pertandingan, pos yang dikawal Dany Saputra ini terus dibombardir oleh barisan penyerangan Thailand. Chappuis terlihat menonjol dalam memimpin serangan Thailand di babak pertama. Pemain yang pernah memperkuat Timnas U-17 Swiss ini pun tak jarang membuat keypass manis, yang salah satunya berujung pada bergetarnya jala gawang Garuda di babak pertama.

Pada laga yang sudah tidak lagi menentukan ini, pasukan Garuda Muda benar-benar bermain buruk. Itu pun jika tidak ingin dikatakan tidak bisa bermain bola! Pertahanan yang carut-marut, barisan gelandang yang nyaris tanpa kontribusi dan lini serang yang hmm...

Turun dengan skema 4-2-3-1 yang merupakan format pakem dari Aji Santoso, skuat yang didominasi oleh pemain cadangan tersebut seakan tidak bisa menerapkan apa yang diinginkan oleh sang pelatih. Dari pinggir lapangan saat tersorot kamera, coach Aji seakan menyiratkan rasa frustasi. Mati kutu oleh skema yang disiapkan oleh Kiatisuk Senamuang. Semasa menjadi pemain pun Senamuang sudah menjadi ganjalan tersendiri untuk pelatih kelahiran Kepanjen, Malang itu.

Saiful Indra Cahya, Zaenuri, Viktor Igbonefo dan Dany Saputra diturunkan sebagai kuartet di barisan pertahanan Indonesia. Kehadiran Zaenuri, pemain bernomor punggung 2 yang menggantikan pos yang biasa diisi Achmad Jufrianto memberikan kepanikan tersendiri di lini belakang Indonesia. Dengan positioning, penjagaan dan kontrol bola yang terkesan sembrono Zaenuri ini pula yang membuat Igbonefo seperti pemain amatir. Pemain naturalisasi asal Nigeria ini yang biasanya bermain tenang dan lugas, nampak seperti seorang anak SD yang harus berhadapan dengan anak SMA di saat tawuran. Gugup, tidak tenang dan sering kali berada di posisi yang tanggung dalam menghalau brigade penyerangan Thailand. Akhirnya, Zaenuri  pun digantikan kembali oleh Jufriyanto di awal babak kedua.

Tapi tenang, bukan Zaenuri satu-satunya pemain yang tampil buruk pada laga di Stadion Incheon Football itu. Jika ada pemain yang layak diberi gelar worst of the match, tentu pilihan akan disematkan kepada Rizky Ahmad Sanjaya Pellu! Diturunkan di posisi double pivot bersama Rasyid Bakrie, Pellu seharusnya menjadi penjaga kedalaman dan penghalau pertama serangan lawan. Tapi apa yang dikerjakan oleh Pellu? Dengan rambut kribo dan badan besarnya, dia lebih terlihat seperti seorang badut yang disewa coach Aji untuk berlari kecil di sepertiga area pertahanan Indonesia. Hanya bergerak mondar-mandir, dari area kotak penalti hingga tengah lapangan tanpa melakukan pressing berarti terhadap barisan gelandang Thailand. Gelandang asal klub Pelita Bandung Raya (PBR) itu pun gagal menutup pos kiri pertahanan yang ditinggalkan Dany overlap membantu Bayu Gatra. Sehingga, banyak sekali serangan kombinasi yang dibangun oleh sayap kanan Thailand.

Masalah berlanjut di trio gelandang serang Garuda pun seakan tumpul. Hanya Bayu Gatra saja yang sesekali melakukan serangan di sisi sayap Thailand. Namun, tentu saja sebagus apapun dribble sayap Putra Samarinda itu tidak bisa menembus pertahanan Thailand, jika dia bekerja sendirian. Syakir Sulaiman yang seharusnya menjadi pusat serangan pun gagal total menjalankan perannya. Dia lebih disibukkan untuk turun membantu pertahanan. Cerita tak berbeda juga dialami Novri Setiawan. Penyerang sayap Persebaya ini bahkan harus ditarik keluar digantikan Ferdinand Sinaga di akhir babak kedua setelah mengalami benturan dengan gelandang Thailand.

Jangan tanya soal posisi striker. Yandi Sofyan Munawar? Bahkan, mungkin Ruben Onsu akan bisa bermain lebih baik di posisinya.

Keputusan Aji Santoso tidak menurunkan the winning team-nya berujung pahit. Memang, laga ini tidak berpengaruh terhadap langkah skuad Merah-Putih ke enam belas besar Asian Games. Namun, semua pecinta Timnas Indonesia dari Sabang sampai Merauke tentu tidak ingin menyaksikan (lagi) kekalahan. Apalagi dibantai.. Oleh Thailand..





Ditulis oleh @oongwie.
Diambil dari berbagai sumber.

Share this :

Previous
Next Post »