Final ISL 2014, Kemenangan Apparel Lokal Indonesia

Indonesia Super League (ISL) 2014 resmi berakhir kemarin malam (Jumat, 07/11/14). Publik Palembang pun menjadi saksi saat Persib Bandung resmi ditahbiskan sebagai juara, setelah di partai final secara dramatis mengalahkan Persipura Jayapura 5-3 di babak adu penalti. Sebelumnya, kedua tim bermain imbang 2-2 hingga 2 kali babak perpanjangan. Kemenangan tersebut, sekaligus menghapus penantian Bobotoh akan gelar juara selama 19 tahun. Ya, hampir dua dekade dan akhir klimaks bagi Persib.
Selamat Persib! Selamat Bobotoh!

Namun, bukan taktik strategi atau drama-drama yang terjadi di laga tersebut yang ingin saya bahas. Ada hal menarik, yang mungkin luput diperhatikan pada laga pamungkas ISL malam itu.
Fakta menariknya adalah Persib dan Persipura, kedua kontestan partai final sama-sama menggunakan apparel lokal, masing-masing League dan Specs. Uniknya, Persib dan Persipura melaju ke final setelah mengkandaskan langkah Arema Cronus dan Pelita Bandung Raya (PBR) di babak semifinal, yang notabene kedua tim tersebut adalah pemakai apparel asing. Arema menggunakan Joma, sedangkan PBR sendiri memakai Mitre untuk seragam tandingnya. Ya, kompetisi ISL musim ini memang lebih banyak didominasi oleh sokongan apparel asing. Mulai dari Joma, Mitre, Nike, Mizuno, Diadora hingga Nike ramai-ramai menyerbu kontestan ISL 2014.

Joma sendiri menjadi apparel paling dominan dengan mensuplai peralatan olahraga bagi enam klub. Selain Arema Cronus, apparel asal Spanyol itu juga menyuplai peralatan tanding untuk Persegres Gresik United, Persepam Madura United, Persik Kediri, Putra Samarinda dan Sriwijaya FC. Sedangkan Persita Tangerang lebih memilih Mitre, menemani PBR yang juga menggandeng apparel dari Inggris tersebut. Semen Padang yang musim lalu menggunakan Specs, untuk 2014 ini mendapatkan Mizuno sebagai partner peralatan olahraganya. Diadora sendiri masih setia meng-endorse Persela Lamongan selama beberapa musim terakhir. Terakhir, ada PSM Makasar yang menggunakan Nike. Walaupun tidak di-endorse secara resmi oleh apparel asal Amerika ini, tapi pemakaian logo swosh di dada kanan jersey PSM sempat menarik perhatian para pecinta jersey bola tanah air. Total, ada 12 klub ISL yang memilih menggunakan apparel asing.

Penguasaan ISL oleh apparel asing tidak menyiutkan nyali perusahan apparel lokal. Specs bersama League berada di garda paling depan dalam menghadapi gempuran apparel asing. Specs, dengan khas coretan batiknya terbukti berhasil menemani Persipura hingga babak akhir ISL. Persebaya dan Barito Putera juga seakan menemukan kenyamanan tersendiri memakai apparel yang didirikan tahun 1980 ini.
Persib sendiri, oleh League mendapatkan tiga desain jersey untuk home, away dan third. Dan sadisnya, ketiganya menarik. Sedangkan Persija, tim yang dihentikan langkahnya di babak reguler oleh PBR juga mendapatkan detil unik pada ketiga desain jerseynya, juga oleh League.

Selain Specs dan League, masih ada beberapa apparel lokal yang menarik perhatian. Reds!, apparel lokal yang aseli Bantul, DIY, menyokong penuh Persiba Bantul yang diperwujudkan dalam desain jersey yang khas. Sedangkan Persiba “lainnya” asal Balikpapan, disupport oleh apparel olahraga asal Malang, Injers. Jumlah apparel tersebut mungkin bisa membengkak lebih banyak, jika kita menengok ke Divisi Utama. Di sana, hampir setiap klub memiliki apparel lokal dari Kabupaten/Kota masing-masing.

Selain klub dengan apparel resmi, ternyata ada juga klub yang lebih memilih mengosongkan area dada kanan jersey mereka. Mitra Kukar, Persiram Raja Ampat dan Perseru Serui masuk dalam kategori klub non-apparel. Walaupun tidak di-endorse oleh apparel manapun, penampakan jersey mereka masih enak untuk dilihat, terutama Mitra Kukar dengan ornamen tenun khas Kutai.

Sebenarnya, laga final di Stadion Jakabaring yang dikuasai dan dimenangkan oleh klub dengan apparel lokalnya telah memberikan sebuah pembuktian kepada kita. Produk, dalam hal ini jersey dari apparel lokal lebih unggul dari buatan asing. Harga yang jauh lebih terjangkau dengan kualitas bahan yang tidak jauh berbeda dengan apparel asing, tentu menjadi nilai plus bagi apparel lokal. Tapi, yang menjadi keunggulan utama dari apparel lokal bukanlah itu.

Jika anda pernah melihat jersey away Persiba Bantul, Anda pasti akan terkesan dengan “gunungan wayang” yang menjadi watermark di bagian depan jersey. Atau mungkin, motif batik di lengan jersey Persipura dan Persebaya yang justru membuat Anda terkagum? Hmm.. atau bahkan watermark Macan dan detil Bundaran HI di jersey Persija??

Ya, apparel lokal lebih memiliki keramahan dalam hal desain. Desain yang tak segan untuk mengakomodir setiap keramahan atau nilai lokal dari daerah klub berada. Berbeda dengan kebanyakan apparel asing yang hanya ”memberikan” jersey template tanpa adanya tambahan sentuhan lokal dalam detil, motif maupun watermark jersey. Lihat saja Arema Cronus yang kehilangan sentuhan “Malang”-nya setelah berganti apparel dari Ultras ke Joma. Contoh lain, Semen Padang yang hanya mendapati jersey template dari apparel asal Jepang, Mizuno. Padahal, di musim sebelumnya Semen Padang mendapatkan “nilai lebih” dari Specs dengan guratan batik di pundak jersey. Mungkin kasus sedikit berbeda mungkin diterima oleh Sriwijaya FC yang mendapatkan jersey dengan desain khusus dari Joma musim kemarin.

Sehingga final ISL 2014, sebenarnya entah Persib atau Persipura yang memenangkan laga akan tetap menjadi kemenangan bagi apparel lokal Indonesia. Dan.. Selayaknya pula, logo dari salah satu apparel lokal akan menempel di jersey Timnas Indonesia kelak, dan memberikan sentuhan INDONESIA di setiap detil jersey putra-putra Garuda. Sekaligus, menggantikan Nike yang sudah mulai “hijau” dan membosankan.




Ditulis oleh @oongwie.
Diambil dari berbagai sumber.

Share this :

Previous
Next Post »