United gagal meneruskan tren kemenangannya. Usaha pasukan Setan Merah untuk meraih
kemenangan ketujuh secara beruntun pun akhirnya pupus. Bermain di Villa Park
(20/12/2014) kandang Aston Villa, Rooney cs. hanya mampu bermain imbang 1-1.
Gol Falcao pada menit ke-53 lah yang menyelamatkan Setan Merah Britania dari
kekalahan. Sebelumnya gawang De Gea sudah dijebol melalui tendangan indah
Benteke pada menit ke-18, setelah memanfaatkan freekick Delph.
Menurunkan hampir semua pemain yang juga dimainkan kala menjamu Liverpool, permainan United terlihat tidak berkembang di babak pertama. Salah satu penyebab mungkin absennya si kribo, Fellaini akibat sanksi kartu. Terlihat jelas, masalah klasik United kembali muncul. Masalah yang belum terpecahkan secara tuntas, bahkan mulai dari era Ferguson.
United kehilangan keangkeran lini tengahnya! Terjadi utamanya karena
sepeninggal Keane, United tidak pernah benar-benar menemukan pengganti yang
sepadan. Hingga saat ini pun tidak ada gelandang yang benar-benar galak,
disegani dan semenakutkan pemilik nomor 16 itu.
Kebanyakan gelandang tengah yang dimiliki United lebih bertipe stylish. Jika diibaratkan, para
gelandang United sekarang ini lebih mirip satpam di bank. Satpam yang ramah dan
selalu membukakan pintu bank sembari mengucapkan “.. selamat datang..” kepada
setiap orang yang hendak masuk.
Hal yang tergambar jelas dalam diri Carrick, Fletcher, Blind, Herrera
hingga Fellaini. Beruntungnya, Fellaini dianugerahi tubuh yang jangkung dan
kokoh. Sehingga, seringkali ia memenangkan duel di lini tengah, baik duel udara
maupun duel one on one.
Jika, ditarik kembali pada pertandingan kontra Aston Villa. Keputusan
menurunkan van Gaal lebih memilih menurunkan seorang Fletcher di lini tengah,
menemani Rooney dan Mata pun akhirnya harus dibayar mahal. Gelandang Skotlandia
beberapa kali gagal memenangi duel di lini tengah. Fletcher terlihat gamang
dalam menjaga kedalaman United, sekaligus menjaga pergerakan Benteke yang
sering menjemput bola hingga lini tengah. Villa yang memainkan duet Delph dan
Sanchez di sentral lini tengah berhasil memaksa Mata dan Rooney untuk minim
kontribusi. United memang seringkali kesulitan jika bertemu dengan tim yang
memiliki box to box midfielder yang
kuat. Hal yang juga sudah dimengerti oleh Paul Lambert, pelatih Villa.
Di awal babak kedua, Van Gaal segera mengambil tindakan. Ia menyadari
timnya kalah tarung di lini tengah, akhirnya ia pun memasukkan Blacket untuk
menggantikan Fletcher, untuk kemudian mendorong Jones lebih ke depan mengisi
pos yang ditinggal oleh Fletcher. Jones memang lebih tangguh jika harus
melakukan duel. Hasilnya, United lebih bisa menguasai pertandingan dan berhasil
menyamakan kedudukan di awal ronde kedua.
Louis van Gaal, sebagai pelatih berpengalaman tidak mungkin tidak
mengetahui perihal kelemahan tim asuhannya. Di bursa transfer musim panas lalu,
ia ngotot untuk mendatangkan mantan anak asuhnya di Timnas Belanda, Kevin
Strootman. Sayang, rencana untuk melabuhkan punggawa AS Roma itu urung
terealisasi karena sesuatu hal dan ia “hanya” bisa memboyong seorang Belanda
lainnya, Daley Blind.
Kini, dalam waktu dekat bursa transfer akan kembali dibuka. Niat LvG untuk
mendatangkan Strootman pun kembali berkecamuk. United saat ini memang sangat
membutuhkan gelandang dengan tipe seperti Strootman. Jika pun nantinya van Gaal
kembali gagal merayu Strootman ke Old Trafford. Di bursa transfer United tetap
harus menemukan seorang gelandang box to
box yang kokoh, tangguh dalam duel di lini tengah serta piawai menghalau
serangan lawan.
Yaa.. United tidak sekedar butuh seorang satpam, tapi seorang tukang pukul.
Ditulis oleh @oongwie.
Diambil dari berbagai sumber.