Jika kalian lahir di tanggal 17 Agustus, mungkin ulang tahun kalian akan dirayakan dari Merauke
sampai Sabang, dari Rote hingga Pulau We. Tapi jika kalian hanya lahir di tanggal 15
Juli mungkin ultah kalian “hanya” akan dirayakan bersamaan dengan HUT Kabupaten
Sukoharjo, atau minimal saat ulang tahun kalian bisa menyaksikan para PNS di
komplek Setda Sukoharjo memakai busana kebaya bagi wanita dan beskap jangkep
bagi pria.
Secara pribadi,
ketika saya tiba di hari dimana usia berganti angka, secara garis besar terdapat
dua pertanyaan yang sangat ingin saya hindari. Pertama, ketakutan akan orang yang
berseloroh, “Met ultah, selamat bertambah tua yakk.. Ayok, makan-makan
dimana?”. Sial, kadonya aja belum. Hahaa.. Itu yang pertama, lanjut ke yang
kedua..
Selang beberapa
saat, pasti akan ada temen yang udah nikah, kemudian sok atau belagak. Nanya,
“Makin tua tuh, kapan nikah??”. Jadi gini ya, kalau yang nanya itu sesama
single itu bisa jadi motivasi, tapi kalau yang nanya kampret yang udah nikah ya jatuhnya, elu mbully nyet!
Kalau mau ngasih motivasi temen, bukan gitu
caranya. Bantu temenmu itu nyari jodoh, kenalin kek ama temen single beda
kelamin lainnya. Kalau gitu aja gak mampu, ya minimal bantu donk temenmu itu
ngelunasin utang-utangnya. Pasti, dijamin temenmu itu bakalan semangat nikah.
Gitu cara motivasi yang baek, bukan cuman nanya-nanya nikah kapan? Nenek-nenek
gayung juga bisa kalau cuman begituh..
Bicara soal
nikah-menikah, saya akan mencoba menjelaskan kenapa orang yang secara usia
sudah cakap untuk menikah, tapi belum melakukan sunnah tersebut. Saya akan menjelaskan secara ekonomis, berdasarkan
disiplin ilmu S1-Manajemen yang saat ini masih saya tempuh.
Jadi gini, alasan
kenapa orang yang secara usia sudah cakap untuk menikah, tapi belum juga
menikah adalah karena orang tersebut dianggap belum mencapai Break Even Point (BEP)
oleh orangtuanya. Apa itu BEP?
Pengertian BEP
adalah kondisi dalam suatu operasi entitas dimana tidak menghasilkan laba, pun
tidak mengalami kerugian. Dalam bahasa sederhana, impas (pendapatan = beban).
Bisa disimpulkan
jika usia tidak selalu berbanding lurus dengan BEP atau nilai impas. Terkadang ada yang
masih begitu muda, tapi pendapatan yang disetor kepada orang tua telah impas
dengan beban yang pernah ditanggung oleh orang tuanya. Makanya terjadi
pernikahan dini. Begitu juga berlaku sebaliknya, meskipun sudah cukup secara
usia tapi dengan adanya catatan BEP yang belum tercapai maka nikah pun tidak kunjung dilakukan.
Mudah dimengerti bukan? So, stop bullying
single person, dude..
Pertambahan usia
juga tidak selalu berbanding dengan kedewasaan seseorang. Banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat kedewasaan, salah satunya faktor kehilangan. Bisa
kehilangan kekasih, teman bahkan keluarga. Saya pun tak luput dari kehilangan
ketiga hal tersebut. Tapi mungkin, kehilangan anggota keluarga yang lebih bisa
mendewasakan saya.
Setahun lalu
kakek (bapak dari ibu) wafat. Di tahun ini, tepatnya akhir bulan April 2015 nenek
(ibu dari bapak) juga wafat. Berbeda dengan kakek, kehilangan nenek ini lebih terasa kehilangannya. Mengingat, nenek dulu tinggal serumah dengan keluarga
saya. Ada kalanya, hal yang biasa saya lakukan tidak saya lakukan lagi,
semisal: beli pisang goreng di warung untuk memenuhi permintaan nenek. Ada hal
mengganjal, ada sesuatu berbeda yang saya rasakan.
Mungkin poin terpenting saat kehilangan adalah, kita tidak akan pernah tahu kapan orang-orang di dekat kita
meninggalkan kita. Jangan meninggalkan masalah atau mengecewakan orang-orang di
sekitar kita, terutama orangtua. Seperti janji yang tidak tertulis, saya ingin
menjaga keluarga dan saudara-saudara saya, semoga bisa..
Tidak banyak yang
bisa saya ceritakan tentang kedewasaan, kalian akan melaluinya sendiri. Cukup itu saja yaa..
Dan sebagai akhir
review setahun ini, saya ingin menutupnya dengan hal menyenangkan. Kabar
gembira kan datangnya bisa darimana saja. Tak terkecuali dari bursa transfer
pemain Eropa musim panas ini. Ya, kesepakatan antara Bayern Munich dan
Manchester United untuk men-transmigrasi-kan Bastian Schweinsteiger ke Old
Trafford, meski dengan embel-embel sebagai pemain veteran termahal di Liga
Primer Inggris.
Jika kalian cukup
akrab dan se-passion dengan saya,
tentu kalian juga akan mengganggap hal tersebut adalah berita gembira untuk
saya. Sebagai penggemar siaran bola manca, saya memang mengidolakan MU sebagai
klub. Sedangkan untuk individu pemain, entah kenapa saya begitu tergila-gila
dengan Bastian Schweinsteiger.
Posisinya sebagai
gelandang jangkar mungkin yang membuat saya kesengsem, juga jiwa bertarungnya
di lapangan mungkin yang buat saya terkagum.
Saya tidak
mengidolai Basti karena membawa Jerman jadi juara dunia di tahun 2014 lalu,
bukan.. Entah tepatnya kapan, tapi memang sudah sejak lama. Bahkan mungkin di
tahun 2010/ 2011 bertempat di pucuk karang seberang tepi Tanah Lot, saya pernah
berucap kepada teman saya, Satem, akan memakai nama Bastian sebagai salah satu
unsur nama calon anak laki-laki saya. Hahaa..
Pindahnya
Schweini dari Munich ke Manchester juga memberikan semangat kepada saya, agar
saya agar segera pindah kategori, dari tunggal putra ke kategori ganda
campuran. Sehingga, tunggal putra atau tunggal putri lainnya bisa muncul
berkembang. Hahaa..
Sebagai penutup,
biarkan saya berkata, “Raa, bilang
mamakmu.. Jangan kemana-mana, Babe udah deket!”.
Terima kasih, tulisan ini boleh dibaca oleh siapapun tapi tidak boleh dipertanyakan dengan alasan apapun. Boleh juga komentar, tapi jangan mencecar. Pareng..