Catatan 28 Tahun

Jika kalian lahir di tanggal 17 Agustus, mungkin ulang tahun kalian akan dirayakan dari Merauke sampai Sabang, dari Rote hingga Pulau We. Tapi jika kalian hanya lahir di tanggal 15 Juli mungkin ultah kalian “hanya” akan dirayakan bersamaan dengan HUT Kabupaten Sukoharjo, atau minimal saat ulang tahun kalian bisa menyaksikan para PNS di komplek Setda Sukoharjo memakai busana kebaya bagi wanita dan beskap jangkep bagi pria.

Secara pribadi, ketika saya tiba di hari dimana usia berganti angka, secara garis besar terdapat dua pertanyaan yang sangat ingin saya hindari. Pertama, ketakutan akan orang yang berseloroh, “Met ultah, selamat bertambah tua yakk.. Ayok, makan-makan dimana?”. Sial, kadonya aja belum. Hahaa.. Itu yang pertama, lanjut ke yang kedua..

Selang beberapa saat, pasti akan ada temen yang udah nikah, kemudian sok atau belagak. Nanya, “Makin tua tuh, kapan nikah??”. Jadi gini ya, kalau yang nanya itu sesama single itu bisa jadi motivasi, tapi kalau yang nanya kampret yang udah nikah ya jatuhnya, elu mbully nyet

Kalau mau ngasih motivasi temen, bukan gitu caranya. Bantu temenmu itu nyari jodoh, kenalin kek ama temen single beda kelamin lainnya. Kalau gitu aja gak mampu, ya minimal bantu donk temenmu itu ngelunasin utang-utangnya. Pasti, dijamin temenmu itu bakalan semangat nikah. Gitu cara motivasi yang baek, bukan cuman nanya-nanya nikah kapan? Nenek-nenek gayung juga bisa kalau cuman begituh..

Bicara soal nikah-menikah, saya akan mencoba menjelaskan kenapa orang yang secara usia sudah cakap untuk menikah, tapi belum melakukan sunnah tersebut. Saya akan menjelaskan secara ekonomis, berdasarkan disiplin ilmu S1-Manajemen yang saat ini masih saya tempuh.

Jadi gini, alasan kenapa orang yang secara usia sudah cakap untuk menikah, tapi belum juga menikah adalah karena orang tersebut dianggap belum mencapai Break Even Point (BEP) oleh orangtuanya. Apa itu BEP?
Pengertian BEP adalah kondisi dalam suatu operasi entitas dimana tidak menghasilkan laba, pun tidak mengalami kerugian. Dalam bahasa sederhana, impas (pendapatan = beban).

Bisa disimpulkan jika usia tidak selalu berbanding lurus dengan BEP atau nilai impas. Terkadang ada yang masih begitu muda, tapi pendapatan yang disetor kepada orang tua telah impas dengan beban yang pernah ditanggung oleh orang tuanya. Makanya terjadi pernikahan dini. Begitu juga berlaku sebaliknya, meskipun sudah cukup secara usia tapi dengan adanya catatan BEP yang belum tercapai maka nikah pun tidak kunjung dilakukan.
Mudah dimengerti bukan? So, stop bullying single person, dude..

Pertambahan usia juga tidak selalu berbanding dengan kedewasaan seseorang. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kedewasaan, salah satunya faktor kehilangan. Bisa kehilangan kekasih, teman bahkan keluarga. Saya pun tak luput dari kehilangan ketiga hal tersebut. Tapi mungkin, kehilangan anggota keluarga yang lebih bisa mendewasakan saya.

Setahun lalu kakek (bapak dari ibu) wafat. Di tahun ini, tepatnya akhir bulan April 2015 nenek (ibu dari bapak) juga wafat. Berbeda dengan kakek, kehilangan nenek ini lebih terasa kehilangannya. Mengingat, nenek dulu tinggal serumah dengan keluarga saya. Ada kalanya, hal yang biasa saya lakukan tidak saya lakukan lagi, semisal: beli pisang goreng di warung untuk memenuhi permintaan nenek. Ada hal mengganjal, ada sesuatu berbeda yang saya rasakan.

Mungkin poin terpenting saat kehilangan adalah, kita tidak akan pernah tahu kapan orang-orang di dekat kita meninggalkan kita. Jangan meninggalkan masalah atau mengecewakan orang-orang di sekitar kita, terutama orangtua. Seperti janji yang tidak tertulis, saya ingin menjaga keluarga dan saudara-saudara saya, semoga bisa..

Tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang kedewasaan, kalian akan melaluinya sendiri. Cukup itu saja yaa..

Dan sebagai akhir review setahun ini, saya ingin menutupnya dengan hal menyenangkan. Kabar gembira kan datangnya bisa darimana saja. Tak terkecuali dari bursa transfer pemain Eropa musim panas ini. Ya, kesepakatan antara Bayern Munich dan Manchester United untuk men-transmigrasi-kan Bastian Schweinsteiger ke Old Trafford, meski dengan embel-embel sebagai pemain veteran termahal di Liga Primer Inggris.

Jika kalian cukup akrab dan se-passion dengan saya, tentu kalian juga akan mengganggap hal tersebut adalah berita gembira untuk saya. Sebagai penggemar siaran bola manca, saya memang mengidolakan MU sebagai klub. Sedangkan untuk individu pemain, entah kenapa saya begitu tergila-gila dengan Bastian Schweinsteiger.
Posisinya sebagai gelandang jangkar mungkin yang membuat saya kesengsem, juga jiwa bertarungnya di lapangan mungkin yang buat saya terkagum.

Saya tidak mengidolai Basti karena membawa Jerman jadi juara dunia di tahun 2014 lalu, bukan.. Entah tepatnya kapan, tapi memang sudah sejak lama. Bahkan mungkin di tahun 2010/ 2011 bertempat di pucuk karang seberang tepi Tanah Lot, saya pernah berucap kepada teman saya, Satem, akan memakai nama Bastian sebagai salah satu unsur nama calon anak laki-laki saya. Hahaa..

Pindahnya Schweini dari Munich ke Manchester juga memberikan semangat kepada saya, agar saya agar segera pindah kategori, dari tunggal putra ke kategori ganda campuran. Sehingga, tunggal putra atau tunggal putri lainnya bisa muncul berkembang. Hahaa..
Sebagai penutup, biarkan saya berkata, “Raa, bilang mamakmu.. Jangan kemana-mana, Babe udah deket!”.

Terima kasih, tulisan ini boleh dibaca oleh siapapun tapi tidak boleh dipertanyakan dengan alasan apapun. Boleh juga komentar, tapi jangan mencecar. Pareng..

Share this :

Previous
Next Post »